Sebagaimanajuga dalam kitab Shahihain, (Hilyatul Auliya, 2/226) Cara bertaubat dari ghibah. Dalam masalah ini, ada dua pendapat ulama. Terjemahan Nasihat lin Nisa' karya Ummu Abillah Al-Wadi'iyyah. Cetakan Pustaka Ar Rayyan; Sibuk Memikirkan Aib Sendiri, Ust. Atasjawaban ini, Ibnu Zaid langsung meminta nasihat kepada Maimunah. Ini berbeda dengan yang ada dalam Hilyatul Auliya`dan Shifat al-Shafwah, yang mana permintaan nasihat diawali oleh pertanyaan balik Maimunah tentang sebuah hadis kepada Ibnu Zaid seperti yang sudah digambarkan dari awal. Dalam kedua kitab ini juga, pertanyaan Ibnu Zaid Dinukil oleh Abu Nu'aim Al Ashbahani dalam kitabnya Hilyatul Auliya', 10/37). Dia juga berkata, "Sungguh aku telah menghimpun amalan ibadah seluruh penghuni tujuh langit dan tujuh bumi, kemudian aku masukkan ke dalam bantal dan aku letakkan di bawah pipiku" ( Hilyatul Auliya' 10/35-36). Begitulahkisah taubatnya sang pemuda tersesat, Utbah Ghulam. Seorang ahli maksiat yang kemudian jadi ulama besar. Seorang spesialisasi dosa, kemudian menjelma menjadi orang yang sangat takut akan dosa. Dalam kitab Kitab Zuhud wa ar Raqaiq lil Khotib al Bagdadi, termaktub kisah tentang khauf (takutnya) Utbah Ghulam kepada Allah. Berikut kisahnya; BukuMutiara Hilyatul Auliya 1100 Nasihat Ulama Salaf (Stok Kosong) Buku yang merupakan intisari dari kitab monumental karya imam besar Abu Nu'aim Al-Ashfahani ini memuat ribuan mutiara hikmah dari nbuan ulama As-Salaf Ash-Shalih tentang prinsip-prinsip aqidah, ibadah, dan akhlaq yang tersaji dalam penuturan bahasa ringkas-inspiratif Setiapnasihat-nasihatnya selalu didengar oleh siapapun. Hal tersebut dikarenakan apapun yang dikatakannya selalu bersumber dari hati yang tulus. Dari hati ke hati. Menurut informasi Abu Nuaim Al-Asfihani dalam kitab Hilyatul Auliya, di masa akhir usianya cobaan sakit itu kembali menghampirinya. Bahkan separuh badannya mengalami kelumpuhan. Ryrxy. ADVERTISEMENT DARIACEH Nasehat merupakan tiang agama. Karena itu hadis-hadis tentang arti agama adalah nasehat selalu menjadi bagian dari poros agama Islam. Salah satunya diriwayatkan oleh Muslim. Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam bahkan sampai mengulang tiga kali saat bersabda bahwa agama adalah nasehat. Dari Tanim Ad-Dari Radhiallu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, عن أبي رُقية تميم بن أوس الدَّاري أن النبيَّ ﷺ قال الدِّين النَّصيحة، قلنا لمَن؟ قال لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمَّة المسلمين وعامَّتهم “Dari Tamim Ad-Dari Radhiallu’anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, Agama adalah nasehat. -Beliau mengulang tiga kali-.’ Kami bertanya, Untuk siapakah wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimim dan kepada umat Islam pada umumnya.” HR. Muslim Dalam kitab Mukhtasharul ala Bulugh al-Maram, Syaikh Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak menjelaskan arti agama adalah nasehat bermakna dalam 5 hal ini, yaitu 1. Nasehat untuk Allah SWT Arti agama adalah nasehat untuk Allah bermakna beriman kepada-Nya, mengesakan-Nya, meniadakah sekutu dari-Nya, meninggalkan pengingkaran terhadap nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Selain itu adalah memberikan sifat kepada-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan. Baca juga Politik Negosiasi Nabi Muhammad Saw. Lalu menyucikan-Nya dari segala macam kekurangan, taat kepada-Nya, mencintai karena-Nya dan menjadikan mereka yang mencintai karena-Nya sebagai teman. Begitu pula hal-hal lainnya yang harus dilakukan karena Allah SWT. 2. Nasehat untuk kitabnya Nasehat untuk kitabnya yaitu beriman bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT. Menghalalkan apa-apa yang halal di dalamnya dan mengharamkan apa-apa yang haram padanya. Umat Isam juga berkewajiban menegakkan hak-hak untuk membacanya, memperhatikan makna-maknanya, dan mengambil nasehat-nasehatnya. 3. Nasehat untuk Rasul-Nya Nasehat untuk Rasul-Nya adalah membenarkan apa-apa yang dibawanya, menghormati, mengikuti, mencintai, dan menyebarluaskan sunnahnya. Baca juga Arti Zuhud dan Kenapa Ali bin Abi Thalib Mentalak 3 Dunia 4. Nasehat untuk Para Pemimpin Kaum muslimin tidak hanya berkewajiban mengikuti dan membantu mereka untuk menegakkan kebenaran. Namun juga berkewajiban mengingatkan para pemimpin agar senantiasa berbuat adil. Sementara itu, para pemimpin kaum muslimin berkewajiban memenuhi hak para hamba, serta berbicara dengan lemah-lembut dan penuh tata krama. 5. Nasehat untuk umat Islam Agama memberi petunjuk kepada mereka terhadap hal-hal yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunia. Mencegah gangguan terhadap mereka, mengajari dan menyuruh berbuat kebaikan. Baca juga 5 Buah-Buahan Dalam Al-Qur’an, Nomor 3 & 5 Tumbuh di Indonesia Agama juga melarang mereka berbuat kemungkaran. Pada Abad Pertengahan, ada seorang ulama dari Persia yang begitu masyhur namanya. Ia digolongkan sebagai sejarawan lantaran karya-karyanya yang berkualitas dan mempunyai sandaran sumber yang dapat dipercaya. Salah satu kitab yang menjadi karya fenomenalnya adalah Hilyat Al Auliya wa Thabaqath Al Ashfiya Perhiasan Para Wali dan Tingkatan Orang-orang Suci. Sebuah kitab berisi sejarah hidup mulai dari sahabat, tabiin, tabi' at tabiin, dan seterusnya yang ditulis detail dengan bersandar pada hadits dan atsar secara lengkap dalam penulisannya. Sehingga kitabnya itu pun menjadi rujukan utama terutama dalam disiplin ilmu sejarah. Ialah Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Mihran Al Muhrani Al Ashbihani. Atau dikenal dengan Abu Nuaim atau Abu Nuaim Al Asfahani. Ia lahir pada Rajab 336 hijriah kota Ashbihan, Persia. Abu Nuaim tumbuh dan dibesarkan di lingkungan orang-orang berilmu. Ayahnya sendiri, yakni Abdullah bin Ahmad adalah seorang ulama di kota Ashbihan. Sementara banyaknya ulama di kota itu, membuat Abu Nuaim lebih mudah dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu. Namun demikian, Abu Nuaim tak hanya berlajar di kota Ashbihan. Ia juga melakukan perjalanan untuk menimba ilmu hingga ke Makkah, Baghdad, Bashrah, Kufah, dan Naisabur. Di antara guru-gurunya adalah Ali Ash Shawwaf di Baghdad, Abu Bakar Al Ajiri di Makkah, Faruq bin Abdul Karim Al Khaththabi di Bashrah, Abu Abdullah di Kufa dan kepada Ahmad Al Hakim di Naisabur. Setelah berkelana menimba ilmu, Abu Nuaim kemudian menetap di Ashbihan dan melahirkan banyak karya. Di antara karyanya adalah Tarikh Ashbihan berisi hadits-hadits yang menerangkan keutamaan Persia. Kemudian Abu Nuaim juga menulis Hilyat Al Auliya sehingga para ulama mengelompokkan Abu Nuaim sebagai sejarawan. Karya-karyanya masyhur dan tersebar luas. Sebagian diterbitkan, sebagian masih dalam bentuk manuskrip dan terdapat juga karya tulisnya yang hilang. Seperti dalam Hilyat Al Auliya yang ditahqiq Abdullah Al Minsyawi, Muhammad Ahmad Isa dan Muhammad Abdullah Al Hindi menuliskan beberapa kitab yang dinisbtkan kepada Abu Nuaim salah satunya yakni Al Ajza Al Wakhsyiyyat, kitab ini disebutkan Al Hafizh Adz Dzahabi dalam biografi Al Hafizh Abu Ali Hasan bin Ali Al Wakhsyi yang wafat 471 Hijriyah. Abu Nuaim wafat pada 20 Muharam 430 H pada usia 94 tahun. Namun demikian terdapat keterangan lain yang menyebut bahwa ia wafat pada 21 Muharam. Seperti Ibnu Khalikan dan Ibnu Shalah yang mengatakan bahwa Abu Nuaim wafat pada Shafar. Sementara Ibnu Katsir menyebut Abu Nuaim wafat pada 28 Muharam 430 H, sedangkan Ibnu Al Jauzi menyebutkan pada 12 Muharam. Sementara Abu Nuaim dimakamkan di Marduban. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini الْحَمْدُ لِلَّهِ مُحْدِثِ الْأَكْوَانِ وَالْأَعْيَانِsegala puji bagi Allah pencipta alam semesta dan benda benda وَمُبْدِعِ الْأَرْكَانِ وَالْأَزْمَانِdan pencipta tiang-tiang dan waktu وَمُنْشِئِ الْأَلْبَابِ وَالْأَبْدَانِdan pencipta akal dan badal وَمُنْتَخِبِ الْأَحْبَابِ وَالْخِلَّانِdan pemilih para kekasih dan para teman مُنَوِّرِ أَسْرَارِ الْأَبْرَارِ بِمَا أَوْدَعَهَا مِنَ الْبَرَاهِينِ وَالْعِرْفَانِpenerang rahasia-rahasia orang bagus dengan penerang dan pengetahuan yang ia titipkan وَمُكَدِّرِ جِنَانِ الْأَشْرَارِ بِمَا حَرَمَهُمْ مِنَ الْبَصِيرَةِ وَالْإِيقَانِdan pengotor hati-hati orang jelek dengan kewaspadaan dan keyakinan yang ia halangi الْمُعَبِّرِ عَنْ مَعْرِفَتِهِ الْمَنْطِقُ وَاللِّسَانِyang ucapan dan lisan menjelaskan tentang pengetahuannya وَالْمُتَرْجِمِ عَنْ بَرَاهِينِهِ الْأَكُفُّ وَالْبَنَانِ بِالْمُوَافِقِ لِلتَّنْزِيلِ وَالْفُرْقَانِyang menerjemahkan tentang tandanya telapak dan jari, yang sesuai dengan quran وَالْمُطَابِقِ لِلدَّلِيلِ وَالْبَيَانِyang cocok dengan dalil dan keterangan فَأَلْزَمَ الْحُجَّةَ بِالْقَادَةِ مِنَ الْمُرْسَلِينَmaka ia menetapkan bukti dengan para pemimpin dari para utusan وَأَبْهَجَ الْمَنْهَجَ بِالسَّادَةِ مِنَ الْمُحَقِّقِينَdan mempopulerkan jalan dengan para orang mulia dari para ahli kebenaran الَّذِينَ جَعَلَهُمْ خُلَفَاءَ الْأَنْبِيَاءِyang Allah jadikan mereka para pengganti para nabi وَعُرَفَاءَ الْأَصْفِيَاءِdan kenalan orang-orang suci الْمُقَرَّبِينَ إِلَى الرُّتَبِ الرَّفِيعَةِyang didekatkan pada derajat yang luhur وَالْمُنَزَّهِينَ عَنِ النِّسَبِ الْوَضِيعَةِdan dijauhkan dari nisbat yang rendah وَالْمُؤَيَّدِينَ بِالْمَعْرِفَةِ وَالتَّحْقِيقِyang menyampaikan pengetahuan dan kebenaran وَالْمُقَوَّمِينَ بِالْمُتَابَعَةِ وَالتَّصْدِيقِdan menegakkan ikut dan kebenaran مَعْرِفَةً تُعْقِبُ لِمَعْرِفَتِهِمْ مُوَافَقَةًdengan sebuah pengetahuan yang mengikuti pengetahuan mereka sebuah kecocokan وَتُوجِبُ لِحُكْمِ نُفُوسِهِمْ مُفَارَقَةًdan menetapkan pada hukum diri mereka sebuah perpisahan وَتُلْزِمُ لِخِدْمَةِ مَشْهُودِهِمْ مُعَانَقَةًdan mewajibkan pada layanan kesaksian mereka sebuah rangkulan وَتُحَقَّقُ لِشَرِيعَةِ رَسُولِهِمْ مُرَافَقَةً dan menjelaskan pada jalan utusan mereka sebuah pertemananوَالصَّلَاةُ عَلَى مَنْ عَنْهُ بَلَّغَ وَشَرَّعَ dan selawawat semoga untuk orang yang menyampai kan dan mensyariatkan dari Allahوَبِأَمْرِهِ قَامَ وَصَدَعَdan dengan perintah Allah ia berdiri dan melarang وَلِمُتَّبِعِيهِ غَرَسَ وَزَرَعَdan pada para pengikutnya ia menanam dan memanen مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى الْمُصْطَنَعِyaitu muhammad yang dipilih dan dibuat kekasih وَعَلَى إِخْوَانِهِ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالْمُرْسَلِينَdan untuk saudara-saudaranya dari para nabi dan rasul وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الْمُنْتَخَبِينَ وَسَلَّمَdan untuk keluarganya dan sahabat-sahabat beliau yang di pilih,dan semogah Allah menyampai kan salam Nasîhat Nedir? Nasîhat, Allahü teâlânın bir kimseye verdiği ni’metin onda kalarak, dînine ve dünyasına faydalı olmasını istemek demektir. Nasîhatten uzak kalan kalb kararır. Kur’ân-ı kerîmde meâlen buyuruluyor ki Allahtan korkan öğüt kabûl eder. ve Onlara nasîhat et, nasîhat mü’minlere elbette fayda verir. Hadîs-i şerîflerde buyuruldu ki Dinin temeli nasîhattir. Hayra sebep olana, bunu yapanın ecri kadar sevap verilir. Kendine istediğini din kardeşi için istemeyen, kâmil bir imanla imân etmiş olmaz. Allanın en çok sevdiği kimse, çok nasîhat edendir. Faydalı olmasını istemek demektir. Nasîhatten uzak kalan kalb kararır. Nasîhat Kaç Çeşittir? l- Allahü teâlâ için nasîhat etmek Allahü teâlânın var olduğunu, bir olduğunu, bütün kemâl ve cemâl sıfatlarının O’nda bulunduğunu, O’na lâyık olmıyan sıfatların, ayıpların, kusurların O’nda bulunmadığını, hâlis niyyet ile O’na ibâdet etmek lâzım olduğunu, gücü yettiği kadar O’nun rızâsını kazanmaya çalışmayı, O’na isyan edilmemesini, O’nun dostlarına muhabbet, düşmanlarına muhalefet edilmesini, O’na ita’at edenleri sevmeyi ve isyan edenleri sevmemeyi, ni’metlerini saymayı ve bunlara şükretmeyi, bütün mahlûklarına acımayı, O’nda bulunmayan sıfatları O’na söylememeyi bildirmek, Allahü teâlâ için nasîhat etmek olur. 2- Kur’ân-ı kerîm için nasîhat etmek Kur’ân-ı kerîmde bildirilenlere inanmayı, emredilenleri yapmayı, kendi aklı ile, görüşü ile uydurma tercümeler yapmamayı, onu çok ve doğru olarak okumayı, ona abdestsiz el sürmek câiz olmadığını insanlara bildirmek, Kur’ân-ı kerîm için nasîhat etmek olur. 3- Resûlullah için nasîhat Muhammed aleyhisselâmın bildirdiklerinin hepsine inanmak lâzım olduğunu, O’nun sünnetlerini yapmayı, O’nun güzel ahlâkı ile huylanmayı, Ehl-i beytini, Eshâbını ve ümmetini sevmeyi bildirmek, Resûlullah için nasîhat olur. 4- Bütün insanlar için nasîhat etmek İnsanlara, dünyada ve âhirette fâideli olan şeyleri yapmak ve zararlı olan şeyleri yapmamak lâzım olduğunu ve kimseye eziyyet etmemeyi, kalb kırmamayı, bilmediklerini öğretmeyi, kusûrlarını örtmeyi, farzları emretmeyi, harâmlardan nehyetmeyi, bunların hepsini tatlılıkla bildirmeyi, küçüklere merhamet, büyüklere hürmet edilmesini, kendilerine yapılmasını istemediklerini başkalarına da yapmamalarını, onlara bedenleri ile, malları ile, yardım edilmesini bildirmek de, bütün insanlar için nasîhat etmek olur. Nasîhat nasıl yapılmalıdır? 1- Nasîhat eden, yumuşak ve mütevâzı olmalıdır. Hadîs-i şerîfte buyurulmuştur ki Emr-i ma’rûf yapan, yumuşak ve şefkatli olmalıdır. Demek ki söylenilen söz, ne kadar kıymetli ve hikmetli olursa olsun, güleryüzlü, yumuşak olmadıkça sözlerin te’sîri olmaz. İnsanların hayırlısı, herkesle iyi geçinendir. İnsanların şerlisi ise geçimsiz olandır. Şu hâlde mütevâzı olup herkesle iyi geçinmelidir. 2- Nasîhati gizli yapmalıdır. Nasîhati herkesin yanında yapmak, nasîhat edilen şahsı teşhir etmek ve onu herkese karşı rezîl etmek olur. İmâm-ı Şâfi’î hazretleri buyurdu ki; Arkadaşına gizli nasîhat eden gerçek öğüt vermiş ve onu yükseltmiş olur. Halk arasında nasîhat vermeğe kalkan onu rüsvay ve perişan etmiştir. 3- Mümkün olduğu kadar nasîhati, kendi ifadelerimizle değil, İslâm âlimlerinin sözlerini ve menkıbelerini naklederek yapmalıdır. 4- Fitne çıkarmaktan sakınmalıdır. Fitne çıkaracak sözleri söylememelidir. 5- Daima doğru konuşmalı, yalandan uzak durmalı, ihtilaflı konulara girmemelidir. Hazret-i Lokman Hekîm’e bu dereceye ne ile erdiği suâl edildiğinde, Doğru konuşmak, emânete riâyet etmek ve bana lâzım olmıyanı bırakmakla buyurdu. 6- İnsanları yoracak kadar uzun uzun anlatmamalıdır. 7- Daha çok, kendisinin amel ettiği, tatbik ettiği hususları söylemelidir. Çünkü Allahü teâlâ, İnsanları iyiliğe teşvik edip de kendinizi unutur musunuz? Niçin kendi yapmadıklarınızı başkalarına söylersiniz? buyurmaktadır. Bekara44 Başkalarına Şunu yapmayın deyip de, kendisi onu yaparsa sözü te’sirli olmaz. Meselâ gıybet etmeyin dediği hâlde kendisi gıybet eden, hem insanların, hem de Allahü teâlânın yanında kıymetten düşer. 8- Umûmî konuşmalı, herkese hitap etmeli, devamlı bir kişiye bakmamalıdır. 9- Allahü teâlânın rahmetinden ümit kesici, azâbından emin olucu şekilde konuşmamalı, korku ile ümidi bir arada söylemelidir. Bir gün Allahü teâlânın rahmetinin bolluğundan bahsederken, başka bir zaman da azabının şiddetinden bahsetmelidir. 10- Eğer konuşmayı uzatacaksa, insanların hoşlandığı şeyleri, güzel menkıbeleri anlatmalıdır. Hazret-i Ömer “radıyallahü anh”, âhıretten bahseder, dinliyenlere ağırlık çöktüğünü görünce, dünya işlerinden bahsederdi. Onların açıldıklarını görünce, tekrar âhıret konusuna dönerdi. 11- İhsan sâhibi olmalı, alıcı değil, verici olmalıdır. Veren elin alan elden üstün olduğunu bilmelidir. Hz, Alî, Her şeyin bir kıymeti vardır, insanın kıymeti ise ihsânı ve edebidir. buyurdu. Her işte, her yerde edebi muhafaza etmelidir. 12- Faydalı şey anlatmalıdır. Kulağa hoş gelse de faydasız şeylerden uzak durmalıdır. Hikmet ehli diyor ki Faydalı ilim ve edeb, öyle bir kazançtır ki, onları hiçbir hırsız çalamaz. Bunlar Cennetin zînetidir. Din ve dünya güzellîği bunlardır. Bir âlimin talebelerine nasîhatidir Yavrum! Günâh işleyince, hemen kalb ile tevbe ve dil ile istiğfar eyle. Tevbeyî asla geciktirme. Bir işi yaparken, kalbin rahat etmezse, sıkılırsa, çarparsa o işi terket. Bütün tâatlarını, ibâdetlerini, kusurlu bil. Hakkı ile yapamadığını düşün. Çok yime, az da yime. Yimekde i’tidâl üzere ol. Her işde niyyetîni düzelt. Kalb ile, hâlis, Allahü teâlâ emr ettiği için o işi yaptığını niyyet etmedikçe, hiç bir işe başlama. Fâidesiz, hele zararlı olan şeylerle vakit geçirme. Arkadaşlarınla lüzûmlu şeyleri öğretecek ve öğrenecek kadar görüş. Diğer vakitleri, ibâdet ile, kalb temizleyecek şeylerle geçir. Dost, düşman herkesi güler yüz ve tatlı dil ile karşıla. Hiç kimse ile münâkaşa etme. Herkesin özrünü kabûl et, kabahatlerini afv et, zararlarına, karşılık yapma. Az konuş, az uyu ve az gül. Her îşi Allahü teâlâya havale et. Fekât sebeblerin te’sîr etmesini Allahü teâlâdan bekle. Hiç bir farzı kaçırma ve geciktirme. Hep kendini düşünme, Allahü teâlâdan başka kimseye güvenme. Evlâd ve aile ile daîma tatlı sözlü ve güler yüzlü ol. Onlarla da, zarûret kadar haklarını ödiyecek kadar görüş. Kavuştuğun hâlleri, herkese söyleme. Makam ve servet sahipleri ile çok görüşme. Her hâlinde sünnete uymağa ve bid’atlerden sakınmağa çalış. Bid’at, bozuk inanışlar, dinden, olmayıp, sonradan ortaya çıkarılan ve ibadet olarak yapılan, şeylerdir. Sıkıntılı zemânlarda, Allahü teâlâdan ümmîdini kesme, hiç üzülme. Sıkıntılı ve ferahlık zemânında, hâlinde bir değişiklik olmasın. Varlık ve yoksulluk zemânları, hâlini değiştirmesin. Selef-i sâlihinin Eshâb-ı kirâm “radıyallahü teâlâ anhüm”, tabiin ve tebe-i tabiin “rahmetullahi teâlâ aleyhim” hâllerini, her vakit oku. Garîbleri, fakîrleri ziyâret et. Hiç kimseyi gıybet etme, çekiştirme. Gıybet yapana mâni ol. Emr-i ma’rufu ve nehy-i münkeri, ya’nî nasîhati elden kaçırma. Fakîrlere, mücâhidlere mal ile yardım, et. Hayır, hasenat yap. Günâh işlemekden kork. Fakîrlikden korkarak, hasîslik, cimrilik yapma. Fakîr olunca üzülme. Allahü teâlâ servet de ihsân eder. Fakîrlere ve bütün din kardeşlerine hizmet et. Büyüklerimiz, kendi nefisleri için değil, din kardeşlerine yardım için çalışıp kazanmışlardır. Bir büyüğün sohbetinde bulunduğun zaman, yanında edepli olmağa çalış. Ondan ancak edepli olan istifâde eder. Abdülkuddüs “rahmetullahi aleyh” İmâm-ı Rabbânî hazretlerinin babası Abdül-ehad hazretlerinin hocası idi. Oğlu ve halîfesi Rükneddîne yazdığı mektûbda buyuruyor ki, Oğlum, Vaktin kıymetini bil! Gece gündüz ilm öğrenmeğe çalış! Her zemân abdestli bulun! Beş vakt nemâzı, sünnetleri ile ve ta’dîl-i erkân ile, huzur ve huşu’ ile ve şerî’atin sâhibinin bildirdiği gibi kılmağa çalış! Bunları yapınca, dünyâda ve âhıretde, sayısız ni’metlere kavuşursun. İlm öğrenmek, ibâdet yapmak içindir. Kıyâmet günü, işden sorulacak, çok ilm öğrendin mi diye sorulmıyacakdır. İş ve ibâdet, ihlâs elde etmek içindir. İhlâs da, hakîkî ma’bûd ve kaydsız, şartsız var olan Allahü teâlâyı sevmek içindir. [Seâdet-i ebediyye/1026 ] Abdülhâlik-ı Goncdüvâni “rahmetullahi teâlâ aleyh” Evliyânın büyüklerindendir. Buhâralıdır. İmâmı Mâlik hazretlerinin soyundandır. Yusuf Hemadân-i hazretlerinin sohbetinde yetişmiştir. Babası Abdülcemil Malatyalı olup, Hızır aleyhisselâm’dan ders almıştır, Abdülhâlik-i Goncdüvânî hazretleri Vasıyyetnâme kitâbında buyuruyor ki Sana vasıyyet eylerim ey oğul ki, her hâlinde ilm ve edeb ve takva üzere ol! İslâm âlimlerinin kitâblarını oku! Fıkh ve hadîs öğren! Câhil tarikatçılardan sakın! Şöhret yapma! Şöhretde âfet vardır. Arslandan kaçar gibi, câhillerden kaç! Bid’at sâhibi, sapıklar ile ve dünyâya düşkün olanlar ile arkadaşlık etme! Halâldan yi! Çok gülme! Kahkaha ile gülmek, gönlü öldürür. Herkese, şefkat ve merhamet et! Kimseyi hakîr görme! Kimse ile münâkaşa, mücâdele etme! Kimseden birşey isteme! Tesavvuf büyüklerine dil uzatma! Onaları inkâr eden felâkete düşer. Mayan fıkh ve evin mescid olsun! [Seâdet-i ebediyye/1024 ] Ibnu Rusman 0107 on 10 January 2018 Permalink Balas MINTALAH KEPADA ALLAH ILMU YANG BERMANFAAT Diantara doa Rasululloh shallallaahu alaihi wa sallam ucapkan adalah اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَارْزُقْنِي عِلْمًا تَنْفَعُنِي بِهِ “Ya Allah, berilah aku manfaat dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku; Ajarilah aku apa yang bermanfaat bagiku; Berilah aku rezeki berupa ilmu yang dengannya Engkau memberi manfaat kepadaku.” HR. al-Hakim [1/510], al-Baihaqi dalam ad-Da’awat al-Kabir [157—158], ath-Thabarani dalam ad-Du’a [3/1405/1455]; dari Anas bin Malik radhiallahu anhu. Lihat Silsilah ash-Shahihah no. 3151 اللهم انفعني بما علمتني وعلمني ما ينفعني وارزقني علما “Ya Allah, berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku. Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.” Hadits shahih Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 3599, dan ibnu Majah no. 251, 3833, dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu’anhu. Lihat Shahiih Sunan at-Tirmidzi no. 2845 dan Shahiih Sunan lbni Majah no. 203 Syaikh Bakr Abu Zaid berkata “Wahai para penuntut ilmu! Tingkatkan harapan kalian, kembalilah kepada Allah dengan berdo’a dan menghinakan diri dihadapanNya. Sungguh Syaikul Islam Ibnu Taimiyah dikala kesusahan dalam memahami tafsir suatu ayat dalam Al-Qur’an, beliau sering mengucapkan dalam do’anya “Wahai Allah Dzat yang telah meng’ajarkan Nabi Adam dan Ibrahim ajarkanlah saya, wahai Allah Dzat yang telah memahamkan Nabi Sulaiman fahamkanlah saya”, kemudian setelah berdo’a seperti ini maka beliau diberikan kemudahan dalam memahami tafsirnya”. al-Hilyah 58-59 Ibnu Rusman 0219 on 7 November 2017 Permalink Balas JANGAN BOSAN BELAJAR ILMU SYAR’I ✍️ Jangan Engkau Merasa Cukup Dari Majelis Ilmu, Bisa Jadi Ada Satu Faidah Yang Bermanfaat Bagimu Yang Belum Pernah Engkau Dengar Sama Sekali!!! 💎 Berkata Zubaid Bin Al Harits -rahimahullah-; ” سمعت كلمة، فنفعني الله بها ثلاثين سنة.” ” Aku mendengar sebuah kalimat, maka Alloh memberiku manfaat dengannya selama tiga puluh tahun.” 📚Hilyah Al Auliya’ 5/29 Ibnu Rusman 1443 on 20 August 2017 Permalink Balas KEBAIKAN YANG ENGKAU DAPATKAN DARI MUSUHMU LEBIH BANYAK DIBANDINGKAN DARI TEMAN Fudhail bin Iyyadh rahimahullah berkata حسناتك من عدوك أكثر منها من صديقك Kebaikan yang engkau dapatkan dari musuhmu lebih banyak dibandingkan dari temanmu Ada yang bertanya وكيف ذلك يا أبا علي ؟ _Bagaimana bisa seperti itu wahai Abu Ali?_ Fudhail menjawab إن صديقك إذا ذُكرت بين يديه قال عافاه الله ، وعدُوُّكَ إذا ذُكرت بين يديه يغتابك الليل والنهار , وإنما يدفع المسكين حسناته إليك Sesungguhnya temanmu jika engkau disebut di hadapannya dia mendoakanmu, semoga Allah memberinya keselamatan. Sedangkan musuhmu jika engkau disebut di hadapannya maka dia menggibahimu siang dan malam. Padahal musuhmu yang perlu dikasihani itu hakekatnya dia terus memberikan kebaikannya kepadamu. فلا ترضى إذا ذُكر بين يديك أن تقول اللهم أهلكه Maka engkau jangan ridha jika musuhmu itu disebutkan di hadapanmu, engkau mengatakan, Ya Allah, binasakanlah dia. بل ادع الله اللهم أصلحه, اللهم راجع به ويكون الله معطيك أجر ما دعوت به Bahkan hendaknya engkau berdoa kepada Allah, Ya Allah, perbaikilah keadaannya. Ya Allah, kembalikan dia kepada kebenaran. Jika seperti itu maka Allah akan memberimu pahala dari doa yang engkau panjatkan. Sebaliknya siapa yang mengatakan اللهم أهلكه فقد أعطى الشيطان سؤاله لأن الشيطان إنما يدور على هلاك الخلق. Ya Allah, binasakanlah dia. Maka dia telah memberikan doanya kepada setan, karena sesungguhnya setan berkeliaran dengan tujuan untuk membinasakan hamba-hamba Allah.” Hilyatul Auliya’, VIII/97 Sumber Ibnu Rusman 2236 on 23 February 2012 Permalink Balas Tags KISAH 5 , KITAB HILYATUL AULIYA 48 BERAMAL UNTUK DUNIA DAN AKHIRAT SESUAI KADARNYA Seorang laki-laki datang kepada Sufyan Ats-Tsauri lalu berkata “Berikan aku wasiat”. Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata “Bekerjalah engkau untuk dunia sesuai kadar waktu engkau berada padanya, dan beramalah engkau untuk akhirat sesuai kadar waktu engkau tinggal padanya” Hilyatul Auliya, jld. 3 hal. 173 Ibnu Rusman 2223 on 23 February 2012 Permalink Balas Tags KITAB HILYATUL AULIYA 48 SAHABAT SEJATI ADALAH KETIKA DALAM KESUSAHAN Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata أنا لا أعتقد أخا الرجل في الرضا، ولكن أعتقد أخاه في الغضب» “Saya tidak menganggap seseorang sebagai saudara ketika dia hanya berbuat baik dalam keadaan ridha saja, tetapi saya akan menganggapnya sebagai saudara ketika dia tetap berbuat baik walaupun dalam keadaan marah.” Hilyatul Auliya, jilid 8 hal. 96 Ibnu Rusman 0125 on 23 January 2011 Permalink Balas Tags KITAB HILYATUL AULIYA 48 CARA MENYIKAPI KESALAHAN SAUDARAMU Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu berkata إذا رأيتم أخاً لكم زل زلة فسددوه، ووفقوه، وادعوا الله أن يتوب عليه، ولا تكونوا عونا ًللشيطان عليه. “Jika kalian melihat salah seorang saudara kalian tergelincir, maka luruskanlah, bimbinglah, berdoalah kepada Allah agar memberinya taubat, dan jangan membantu syaithan untuk menghancurkannya!” Hilyatul Auliya karya Abu Nu’aim al-Ashbahani Ibnu Rusman 0128 on 21 January 2011 Permalink Balas Tags KITAB HILYATUL AULIYA 48 JANGAN BERAKHLAQ BURUK JIKA TIDAK MAMPU MEMBANTU ORANG LAIN Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata من لم يواس الناس بماله وطعامه وشرابه، فليواسهم ببسط الوجه والخلق الحسن. “Siapa yang tidak mampu menyenangkan orang lain dengan harta, makanan, dan minuman yang dia miliki, hendaklah dia menyenangkan mereka dengan wajah yang ceria dan akhlaq yang mulia.” Hilyatul Auliya’, jilid 7 hlm. 389 Ibnu Rusman 0132 on 20 January 2011 Permalink Balas Tags KITAB HILYATUL AULIYA 48 SEGAN TERHADAP ALLAH berkata Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah “Sesungguhnya saja makhluk itu segan terhadapmu berdasarkan kadar seganmu terhadap Allah.” Hilyatul auliya Ibnu Rusman 0130 on 17 January 2011 Permalink Balas Tags KITAB HILYATUL AULIYA 48 KISAH DAN PELAJARAN Abu Nuaim menyebutkan di dalam kitab “al-hilyah” “Adalah Abu Muslim Al-Khaulani jika ia masuk ke dalam rumahnya niscaya istrinya mengambil/menyambut selendang dan kedua sendalnya kemudian ia membawakan/menghidangkan makanannya kepadanya. Ia Abu Nuaim berkisah lalu ia Abu Muslim masuk ke dalam rumah ternyata rumah tersebut di dalamnya tidak terdapat lampu pelita, dan ternyata istrinya sedang duduk-duduk di dalam rumah sambil menundukkan kepala kearah lantai menusuk-nusuk kayu yang ada padanya ke lantai!!! Lalu ia Abu Muslim bertanya kepadanya ada apa denganmu?!! Ia menjawab engkau memiliki kedudukan/jabatan dari Mu’awiyah Khalifah, dan kita tidak memiliki seorang pelayan, maka sekiranya engkau meminta kepadanya maka ia pasti memberikan pelayan kepada kita dan ia pasti memberimu . Lalu ia berdoa اللهم من أفسد على امرأتي فأعم بصرها ya Allah, barang siapa yang telah merusak atas istriku maka butakanlah pandangan matanya . Ia Abu Nuaim berkisah dan sungguh telah datang seorang wanita sebelum itu, lalu ia berkata kepadanya istrinya Abu Muslim suamimu memiliki kedudukan/jabatan dari Mu’awiyah maka sekiranya engkau mengatakan kepadanya ia meminta kepada Mu’awiyah memberikan pelayan kepadanya dan ia pasti memberikannya niscaya hidup kalian menjadi lebih baik Ia Abu Nuaim berkisah maka tatkala wanita tersebut sedang duduk-duduk di dalam rumahnya, iapun mengingkari apa yang terjadi terhadap matanya!!! Lalu ia berujar mengapa lampu pelita kalian ini padam!!! Mereka menjawab tidak!! Lalu iapun tahu bahwa ternyata ia telah menjadi buta, dan iapun mengetahui dosa/kesalahannya. Lalu iapun segera menuju kepada Abu Muslim sambil menangis dan meminta kepadanya berdoa kepada Allah untuknya agar Allah mengembalikan pandangan matanya. Ia Abu Nuaim berkisah lalu ia Abu Muslim merasa kasihan terhadapnya maka iapun berdoa kepada Allah untuknya lalu Allah mengembalikan pandangan matanya.” Hilyatul auliya 2/130, shifah ash-shafwah, Ibnul Jauzi 4/212 Ibnu Rusman 0038 on 24 September 2010 Permalink Balas Tags NASEHAT 16 MIMPI TIDAK AKAN MEMBAHAYAKAN SEORANG HAMBA, JIKA DIA BERTAQWA KEPADA ALLAH Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata اتـَّقِ اللهَ فِي الْـيَقَظـَة،ِ لَا يـَضـُرُّكَ مَـا رَأَيْـتَ فِي الْـمَنـَامِ» “Bertaqwalah kepada Allah ketika engkau tidak tidur, niscaya tidak akan membahayakan dirimu apa yang engkau lihat dalam mimpi.” Hilyatul Auliya’, jilid 2 hlm. 273

nasehat dalam kitab hilyatul auliya